FDK UIN SUSKA RIAU – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan Big Data kini semakin memengaruhi dunia akademik, termasuk di bidang Ilmu Komunikasi.
Hal ini disampaikan oleh Dr. Tika Mutia, S.I.Kom., M.I.Kom., Dosen sekaligus Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suska Riau, dalam program Dosen Hub yang tayang di kanal YouTube Suska TV.
Menurut Dr. Tika, AI dan Big Data bukan lagi istilah baru, namun kini penggunaannya semakin luas hingga ke ilmu sosial dan komunikasi. Ia menjelaskan, Big Data adalah sekumpulan data yang sangat besar, kompleks, dan beragam.
“Ada yang terstruktur seperti data web dan institusi, ada pula yang tidak terstruktur seperti konten media sosial, foto, atau video. Nah, AI berperan untuk menganalisis data besar tersebut sehingga kita bisa melihat tren, pola, dan dinamika masyarakat,” jelasnya.
Dr. Tika menegaskan, pemanfaatan Big Data sangat memudahkan penelitian, terutama bagi mahasiswa. Jika sebelumnya riset kualitatif seperti fenomenologi atau wawancara mendalam membutuhkan waktu berbulan-bulan, kini penelitian bisa dipersingkat.
“Dengan Big Data, mahasiswa bisa meneliti perilaku masyarakat dari media sosial tanpa harus bertatap muka langsung dengan informan. Hemat waktu, hemat biaya, tapi tetap kaya data,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mencontohkan riset pribadinya terkait isu kesehatan mental di Indonesia pasca pandemi. Dengan metode netnografi komunikasi, Dr. Tika berhasil menghimpun lebih dari 500 ribu percakapan warganet dalam enam bulan. Dari sana, muncul berbagai kluster topik seperti anxiety, bipolar, hingga oversharing.
“Semua itu bisa dipetakan hanya dengan memanfaatkan tools AI dan Big Data,” tambahnya.
Meski demikian, Dr. Tika mengingatkan pentingnya etika penelitian dalam memanfaatkan data digital. Data publik di media sosial bisa digunakan, namun identitas pribadi harus tetap dilindungi.
“Konten yang sifatnya privat, seperti pesan WhatsApp atau direct message, tidak boleh digunakan tanpa izin. Begitu juga data sensitif, harus dilakukan blinding atau penyamaran identitas,” tegasnya.
Di UIN Suska Riau sendiri, pemanfaatan AI dan Big Data dalam riset komunikasi sudah mulai berkembang. Bahkan, mata kuliah khusus mengenai topik ini telah diajarkan sejak semester empat.
“Animo mahasiswa sangat tinggi. Mereka cepat tanggap dengan perkembangan teknologi. Kita arahkan supaya penelitian mereka bisa lebih relevan dengan zaman,” ungkap Dr. Tika.
Ia juga menyebut bahwa penelitian berbasis AI dan Big Data membuka banyak peluang, mulai dari analisis sentimen politik, perilaku konsumen di e-commerce, hingga pola komunikasi digital generasi muda.
“Dulu riset hanya bisa mengandalkan observasi dan wawancara langsung, sekarang dengan AI semua jadi lebih mudah. Tinggal bagaimana kita menentukan kata kunci, melakukan pra-riset, dan memilih tools yang tepat,” ujarnya.
Sebagai penutup, Dr. Tika optimistis bahwa penelitian berbasis AI dan Big Data akan menjadi tren utama dalam dunia akademik, khususnya Ilmu Komunikasi.
“AI itu butuh Big Data sebagai bahan bakarnya. Semakin banyak data, semakin tajam pula analisisnya. Jadi mahasiswa dan dosen harus bisa memanfaatkannya, tentu dengan tetap menjaga etika dan nilai-nilai akademik,” pungkasnya.